Agama Baha’i
Makalah ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Agama-agama Minor
Dosen
Pembimbing:
Hj.Siti Nadroh M.ag
Oleh
:
Ita Siti Nurhalimah
1110032100012
JURUSAN
PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS
USHULUDDIN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
Pendahuluan
“Tujuan dasar yang
menjiwai
Keyakinan dan
Agama Tuhan ialah
untuk melindungi
kepentingan-kepentingan
umat manusia dan
memajukan kesatuan
umat manusia,
serta untuk
memupuk
semangat cinta
kasih dan persahabatan
di antara manusia”
Pengertian
Bahá’í adalah agama yang independen dan
bersifat universal, bukan sekte dari agama lain. Pesuruh Tuhan dari agama
Bahá’í adalah Bahá’u’lláh, yang mengumumkan bahwa tujuan agama-Nya adalah untuk
mewujudkan transformasi rohani dalam kehidupan manusia dan memperbarui
lembaga-lembaga masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keesaan Tuhan, kesatuan
agama, dan persatuan seluruh umat manusia.
Umat Bahá’í berkeyakinan bahwa
agama harus menjadi sumber perdamaian dan keselarasan, baik dalam keluarga,
masyarakat, bangsa maupun dunia. Umat Bahá’í telah dikenal sebagai sahabat bagi
para penganut semua agama, karena melaksanakan keyakinan ini secara aktif.
Sejarah
Sekte islam syiah
terutama di persia selalu mengajarkan 12 orang keturunan ali yang sah.12 orang tersebutlah
yang menunjukan pintu gerbang kepada pengikutnya untuk memperoleh jalan menuju
kebenaran agama.imam yang ke 12 hilang pada abad ke 19 dan kaum syiah selalu
percaya bahwa suatu saat nanti dia akan muncul kembali sebagai mahdi.[1]
Bahaullah sebagai pendiri
Sayyid Ali muhamad yang lebih dikenal dengan gelarnya bab
dilahirkan pada tanggal 20 oktober 1819 di shiraz iran,bab berasal dari
keluarga terkemuka dan mulia merupakan keturunan nabi muhamad.ayahnya meninggal
ketika bab masih kecil dan bab diasuh dan di besarkan oleh pamanya.ketika
sekolah ia memiliki kemampuan yang luar biasa dan akhirnya ia keluar dari
sekolah dan ketika dewasa ia bekerja bersama pamanya sebagai pedagang di
Bushihr sebuah kota di brat daya kota shiraz,pada saat itulah bab menikah dan
mempunyai anak yang bernama Ahmad dan meninggal ketika masih bayi pada tahun
sebelum bab mengumumkan dirinya sebagai qaim yang di janjikan.
Sekitar tahun 1840 bab tinggal
selama setahun di kota kota suci syiah di irak tempat dia menjalin kontak langsung dengan Sayyid khazim Rasyti,pemimpin madzhab
syaikiyah semi ortodoks yang menekan gagasan esoteris.
Setelah wafatnya sayyid khazim pada
awal tahun 1844 seorang muridnya yang terkemuka yang bernama Mulla husayn pergi
ke sebuah masjid dan bermeditasi selama 40 hari.mulla husayn terus kesana
kemari mencari qaim yang telah
dijanjikan itu dan akhirnya ia ketemu dengan bab dan setelah berbincang bincang
lalu bab menunjukan bukti bukti yang jelas bahwa beliaulah qaim yang di
janjikan,ia menulis dengan sangat cepat
bagian pertama dari tafsirnya al-qur’an surat yusuf kemudian ia
menyampaikan kata-kata berikut kepada mulla husayn:[2]
“wahai
engkau yang pertama beriman kepadaku sesungguhnya aku katakan,akulah bab pintu
tuhan dan engkaulah babul bab pintu dari segala pintu itu.
Pada tahun 1844 seorang muslim syiah
bernama Mirza ali Muhamad menyatakan dirinya sebagai imam yang ke 12yang
dijanjikan.ia menyebut dirinya dengan nama bab al-din(pintu agama)dan memberi
dukungan yang luas pada perbaikan sosial seperti peningkatan status wanita.bab
al-din mengumpulkan muridnya dan membentuk kelompok yang disebut babis.kelompok
ini tidak bertahan lama karena berhasil di hancurkan melalui kekuatan agama dan
politik bangsa persia.pada tahun 1850 bab al din dihukum mati di depan khalyak
ramai,sedangkan muridnya ada yang di penjara atau di hukum mati.sebelum mati
beliau menjanjikan bakal ada seseorang yang membawa agama universal.jasad bab
diselamatkan oleh para pengikutnya dan diawetkan.akhirnya jasad bab dipindahkan
ke haifa di palestina tempat ia di kuburkan.
Salah satu murid bab yang dipenjara
Mirza Husein ali adalah seorang anak dari keluarga terkemuka di persia,keluarga
mirza tidak di hukum mati bersama bab tetapi di penjara di teheran.pada tahun
1852 para pengikut bab yang lain merencanakan pembunuhan terhadap syakh iran
yang menyebabkan terjadinya penganiyayan terhadap kelompok ini,mirza ali di
asingkan ke bagdad selama 10 tahun.selama dalam perasingan mirza ali menampakan
dirinya sebagai seorang yang diramalkan bab al din.
Ketika diasingkan dari bagdad ke
konstantinovel pada malam keberangkatanya dia menyatakan kepada para
pengikutnya sebagai orang yang di janjikan bab al din.pernyataan ini terjadi di
Ridwan dekat baghdad dan sekarang ini setiap tahun diperingati oleh kaum baha’i
dengan suatu pesta.mirza menyebut dirinya bahaullah(keagungan Allah) dan para
pengikut bab al din yang menerima dan mengikuti ajaranya disebut sebagai kaum
baha’i.
Pada tahun-tahun perkembanganya
bahaullah dan pengikutnya di usir dari satu kota ke kota lainya di wilayah
timur tengah.dari konstantinopel mereka pergi ke andrianople.akhirnya mereka
diasingkan dan di penjarakan di turki di kota acca palestina.orang yang pertama
kali dipenjarakan adalah Bahaullah kemudian di ikuti oleh sekitar 80
pengikutnya yang di penjarakan selama 2 tahun di barat militer.pada saat
penjara mereka hidup menderita dan sengsara karena lapar dan sakit.selain itu
mereka dipindahkan ke tempat lain yang sedikit lebih menyenangkan.bahaullah
dibebaskan namun ia menjalani sisa hidupnya sebagai orang tahanan pemerintahan
turki di acca.sekalipun ditahan selama beberapa tahun di acca dia menyebarkan
ajaran-ajaranya tentang persatuan dan perdamaian dunia.
Pada saat itu ia telah menulis
beberapa buku dan tulisan-tulisan lainaya.salah satu tulisan tersebut yang
berisi tentang tujuan dan misinya dikirimkan pada paus dan beberapa kepala
negara dunia serta meminta bantuan mereka dalam meningkatkan perdamaian
dunia,dia menulis beberapa buku diantaranya kitabi aqdas,kitabi iqan,dan the
hidden words.dia meninggal di acca pada tahun 1892 pada usia 75 tahun.
Kepemimpinan gerakan baha’i di
lanjutkan oleh anaknya,Abbas Effendi yang dikenal dengan abdul baha.abdul baha
melanjutkan program pengjaran ayahnya pada tahun 1908 dia di bebaskan oleh
pemerintah turki.sisa hidupnya ia gunakan untuk melakukan perjalan jauh sampai
ke negri eropa dan amerika utara guna menyebarkan doktrin-doktrin baha’i dan
mendirikan beberapa perkumpulan baha,i di berbagai daerah.pada tahun 1920
kerajaan inggris menganugrahkan gelar kebangsawanan kepadanya.
Pada tahun 1021 kepemimpinan gerakan
Baha’i di lanjutkan oleh cucu lelakinya,shogi Effendi yang melanjutkan usaha
pendirian lokal dan nasional di banyak negara hingga wafatnya pada tahun
1957.setelah itu,pemimpin baha’i bukan lagi berdasarkan keturunan Bahaullah
tetapi oleh seorang yang dipilih dari berbagai perkumpulan baha’i di seluruh
dunia.
Ajaran Baha’i
Ke esaan Tuhan
Bahá’u’lláh mengajarkan bahwa hanya ada satu Tuhan Yang
Maha Agung, yakni Tuhan Yang Maha Esa yang telah mengirim para Rasul dan Nabi
untuk membimbing manusia. Oleh karena itu, semua
agama yang bersumber dari satu Tuhan ini, haruslah menunjukkan rasa saling
menghormati, mencintai, dan niat baik antara satu dengan yang lain.
“Tiada
keraguan apa pun bahwa semua manusia di dunia, dari bangsa atau agama apapun,
memperoleh ilham mereka dari satu Sumber surgawi, dan merupakan hamba dari Satu
Tuhan.” — Bahá’u’lláh
Umat Bahá’í
percaya bahwa Tuhan adalah Sang Pencipta alam semesta dan Dia bersifat tidak
terbatas, tak terhingga dan Maha Kuasa. Tuhan tidak dapat dipahami, dan manusia
tidak bisa sepenuhnya memahami realitas Keilahian-Nya. Oleh karena itu, Tuhan
telah memilih untuk membuat Diri-Nya dikenal manusia melalui para Rasul dan
Nabi, seperti Ibrahim, Musa, Krishna, Zoroaster, Budha, Isa, Muhammad, dan
Bahá’u’lláh. Para Rasul dan Nabi yang suci itu bagaikan cermin yang memantulkan
sifat-sifat dan kesempurnaan Tuhan. Mereka merupakan saluran suci untuk
menyalurkan kehendak Tuhan bagi umat manusia melalui Wahyu Ilahi, yang terdapat
dalam Kitab-kitab Suci berbagai agama di dunia. Wahyu Ilahi adalah “Sabda
Tuhan” yang dapat membuka potensi rohani setiap individu serta membantu umat
manusia berkembang terus-menerus menuju potensinya yang tertinggi.
Keselarasan dan Toleransi antar
Umat Beragama
Umat Bahá’í
percaya bahwa tujuan agama adalah mewujudkan persatuan dan kebahagiaan bagi
seluruh umat manusia. Saling menghormati dan mencintai serta kerja sama di
antara pemeluk agama yang berbeda akan membantu terwujudnya masyarakat yang
damai. Karena itu, umat Bahá’í aktif berperan di berbagai usaha serta
proyek-proyek yang memajukan persatuan agama dan yang meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman terhadap agama-agama lain. Umat Bahá’í menghormati keanekaragaman
dalam melakukan ibadah keagamaan.
penuh
semangat untuk mengabdi kepada rakyat banyak, melupakan manfaat duniawi bagi
dirinya sendiri, dan bekerja hanya demi kebaikan umum.”-----‘Abdu’l-Baha
Kesatuan Dalam Keanekaragaman
Salah satu ciri
khas masyarakat Bahá’í di seluruh dunia adalah keanekaragaman anggotanya. Agama
Bahá’í merangkul orang-orang yang berasal dari ratusan ras, suku, dan bangsa,
bermacam-macam profesi, serta berbagai golongan sosial ekonomi----semuanya
bersatu demi mengabdi pada kemanusiaan. Dalam masyarakat Bahá’í keanekaragaman
dihormati dan dihargai; dan pengalaman persatuan ini menunjukkan bahwa umat
manusia, dengan segala keanekaragamannya, dapat hidup bersatu dengan penuh
kedamaian dan cinta.
“Orang-orang
yang dianugerahi dengan keikhlasan dan iman
seharusnyabergaul dengan semua kaum dan bangsa di dunia dengan perasaan
gembira dan hati yang cemerlang, oleh karena bergaul dengan semua orang telah
memajukan dan akan terus memajukan persatuan dan kerukunan, yang pada
gilirannya akan membantu memelihara ketentraman di dunia serta memperbarui
bangsa-bangsa.”-----Bahá’u’lláh
“Engkau
adalah buah-buah dari satu pohon, dan daun-daun dari satu dahan. Bergaullah
engkau satu sama lain dengan penuh cinta dan keselarasan , dengan persahabatan
dan persaudaraan. Sedemikian kuat cahaya persatuan itu sehingga dapat menerangi
seluruh dunia.” Bahá’u’lláh
“Keanekaragaman
umat manusia seharusnya menjadi penyebab cinta dan keselarasan, seperti halnya
dalam musik di mana banyak nada yang berbeda-beda dipadukan dalam sebuah paduan
nada yang sempurna. Jika engkau bertemu dengan orang-orang dari ras atau warna
kulit yang berbeda denganmu, janganlah mencurigai mereka dan menarik dirimu ke
dalam cangkang adatmu, tetapi sebaliknya bergembiralah dan perlihatkanlah
keramahan terhadap mereka. Anggaplah mereka sebagai bunga-bunga mawar yang
berwarna-warni, yang tumbuh di kebun indah kemanusiaan, dan bergembiralah
karena engkau berada bersama mereka.
Demikian
juga, jika engkau bertemu dengan orang-orang yang mempunyai pendapat-pendapat
yang berbeda dengan pendapatmu, janganlah berpaling dari mereka. Semua mencari
kebenaran, dan ada banyak jalan yang menuju ke sana. Kebenaran memiliki banyak
aspek, tetapi kebenaran selalu tetap satu.”-------‘Abdu’l-Baha
Kesatuan Umat Manusia
Agama Bahá’í
mengajarkan bahwa semua manusia adalah sama di hadapan Tuhan, dan mereka harus
diperlakukan dengan baik, harus saling menghargai dan menghormati. Bahá’u’lláh
mencela prasangka ras dan kesukuan, serta mengajarkan bahwa semua orang adalah
anggota dari satu keluarga manusia, yang justru diperkaya dengan
keanekaragamannya.
Sifat Roh dan Kehidupan Sesudah Mati
Umat Bahá’í percaya tentang adanya roh yang kekal yang
ada pada setiap manusia walaupun kita tidak sepenuhnya mampu memahami sifat roh
itu. Bahá’u’lláh bersabda:
“Engkau telah menanyakan kepada-Ku mengenai hakikat roh. Ketahuilah bahwa
sesungguhnya roh adalah sebuah tanda Tuhan, sebuah permata surgawi yang
kenyataannya telah gagal dipahami oleh orang-orang yang paling terpelajar, dan
tidak ada akal, betapa pun tajamnya, yang dapat berharap untuk membuka
rahasianya.”
Dalam kehidupan yang fana ini, roh seseorang tumbuh dan
berkembang sesuai dengan hubungan rohaninya dengan Tuhan. Hubungan ini dapat
dipelihara dengan jalan mengenal Tuhan dan ajaran-ajaran-Nya yang diwahyukan
oleh para Rasul dan Nabi-Nya, seperti cinta pada Tuhan, doa, meditasi, puasa,
disiplin moral, kebajikan-kebajikan Ilahi, menjalankan hukum-hukum agama, dan
pengabdian kepada umat manusia. Semua itu memungkinkan manusia untuk
mengembangkan sifat-sifat rohaninya, yang merupakan pondasi bagi kebahagiaan
manusia serta kemajuan sosial, dan juga untuk menyiapkan rohnya untuk kehidupan
sesudah mati.
Agama Bahá’í mengajarkan bahwa realitas rohani setiap
manusia, yaitu roh, adalah abadi. Pada saat kematian, roh manusia akan
melanjutkan perjalanannya dalam alam rohani. Orang-orang yang telah menaati
ajaran-ajaran para Rasul dan telah mengembangkan kapasitas rohani mereka, kelak
sesudah mati, akan mendapatkan keuntungan atas perbuatan-perbuatan mereka.
Bahá’u’lláh bersabda:
“Ketahuilah olehmu bahwa roh, setelah berpisah dari tubuhnya, akan terus
maju hingga mencapai hadirat Tuhan ... Roh itu akan ada selama berlangsungnya
kerajaan Tuhan, kedaulatan-Nya, kekuasaan dan kekuatan-Nya. Ia akan
memperlihatkan tanda-tanda Tuhan dan sifat-sifat-Nya, dan akan mewujudkan kasih
sayang dan kedermawanan-Nya. Gerakan pena-Ku terhenti tatkala ia berupaya untuk
menggambarkan dengan patut keluhuran dan
kemuliaan kedudukan yang maha tinggi itu… Diberkatilah roh yang pada saat
berpisah dari tubuhnya, disucikan dari segala khayalan sia-sia semua kaum di
dunia. Roh semacam itu hidup dan bergerak sesuai dengan Kehendak Penciptanya,
dan memasuki Surga Yang Maha Tinggi. Bidadari-bidadari Firdaus, para Penghuni
Surga Terluhur, akan berkeliling di sekitarnya, dan Nabi-nabi Tuhan serta
orang-orang pilihan-Nya, akan bergaul dengannya. Roh itu akan dengan bebas
bercakap-cakap dengan mereka, dan akan menceritakan kepada mereka apa yang
telah dialaminya di jalan Tuhan, Tuhan sekalian alam … Para Nabi dan Rasul
Tuhan telah diutus hanya dengan tujuan membimbing umat manusia ke jalan lurus
kebenaran. Maksud yang mendasari wahyu semua Nabi dan Rasul itu adalah untuk
mendidik semua manusia, agar pada saat kematiannya manusia dapat naik dalam
keadaan yang paling suci dan murni serta lepas dari segala-galanya, ke hadapan
takhta Yang Maha Tinggi ... ”
“Alam baka berbeda dengan alam in,i seperti halnya alam ini berbeda dengan
alam janin yang masih berada dalam kandungan ibunya. Ketika roh mencapai
Hadirat Tuhan, ia akan mendapatkan wujud yang paling cocok dengan keabadiannya
dan yang pantas bagi kediaman surgawinya.”
Budi Pekerti yang Luhur
Umat Bahá’í percaya bahwa manusia harus berupaya memperoleh
sifat-sifat mulia serta bertingkahlaku sesuai dengan standar moral yang tinggi.
Salah satu tujuan dasar kehidupan Bahá’í adalah mengembangkan dan memperoleh
sifat-sifat mulia seperti kebaikan hati, kedermawanan, toleransi, belas
kasihan, sifat dapat dipercaya, niat yang murni, dan semangat pengabdian. Umat
Bahá’í dilarang bergunjing, berbohong, mencuri, dan berjudi.
Kebajikan-kebajikan tersebut diajarkan kepada anak-anak sejak usia dini,
sehingga menjadi bagian utama dari akhlak mereka dan mengarahkan mereka kepada
Tuhan, sehingga dengan demikian mereka akan lebih mampu mengabdi pada umat
manusia.
“Maksud Tuhan Yang Maha Esa dalam menyatakan Dirinya adalah untuk memanggil
seluruh umat manusia kepada kejujuran dan ketulusan, kepada kesalehan dan sifat
dapat dipercaya, kepada ketawakalan serta ketaatan pada Kehendak Tuhan, kepada
ketabahan dan kebaikan hati, kepada keadilan dan kearifan. Tujuan-Nya adalah
untuk membalut setiap manusia dengan pakaian watak yang suci, serta
menghiasinya dengan perhiasan perbuatan-perbuatan yang suci dan baik.” —
Bahá’u’lláh
“Cahaya dari watak yang baik melebihi cahaya dan kecemerlangan matahari.
Barangsiapa mencapai tingkat ini, dianggap sebagai permata di antara manusia.
Kemuliaan dan keluhuran dunia tergantung padanya ... ” — Bahá’u’lláh
“ ... bukankah tujuan setiap Wahyu adalah mewujudkan perubahan menyeluruh
pada karakter manusia, suatu perubahan yang akan terwujudkan baik ke dalam
maupun ke luar, yang akan mempengaruhi kehidupan batinnya maupun kondisi
lahirnya?” — Bahá’u’lláh
“Semua manusia diciptakan untuk memajukan peradaban yang terus berkembang.
Kebajikan-kebajikan yang sesuai dengan harkat manusia ialah kesabaran, belas
kasihan, kemurahan hati, dan cinta kasih terhadap semua kaum dan umat di bumi
... ” — Bahá’u’lláh
Kemandirian dalam mencari
kebenaran
Dalam pencarian
kebenaran mesti indevenden,tidak terkekang oleh sikap takhayul atau
tradisi.setiap orang yang ingin jadi pengikut baha’i harus memiliki keinginan
untuk mencari kebenaran Tuhan tanpak menyandarkan diri kepada para Nabi atau
tradisi-tradisi masa lalu.kebebasan manusia melihat perwujudan tuhan melalui
pandangan kesatuan dan memandang semua urusan dilihat dengan tajam.merupakan
salah satu dasar pengajaran baha’i.
Persamaan kaum wanita dan pria
Baha’i barangkali
hanya satu satunya agama di dunia yang sejak semula menegaskan tentang kesamaan
wanita dan pria.
Kemanusiaan seperti
seekor burung dengan dua sayapnya.sayap yang satu adalah jantan dan yang lainya
adalah betina.jika kedua sayap tersebut tidak kuat dan tidak di dorong oleh
kekuatan yang seimbang burung tersebut tidak bisa terbang.sesuai dengan
semangat zaman ini,kaum wanita harus maju dan memperoleh tugasnya disemua
bidang kehidupan sehingga menjadi sama.
Pendidikanmerupakan
kewajiban yang harus diterapkan.sekalipun bahaullah dan abdul baha tidak pernah
memperoleh kesempatan dalam pendidikan formal keduanya mengajarkan bahwa
pendidikan universal merupakan syarat mutlak bagi perdamain dan stabilitas
dunia.
Bahasa universal.
Menambah pandangannya tentang pendidikan universal. Baha’i mengajarkan bahasa
yang universal, sebagaimana bahaallah yang pernah menyatakannya, “kami telah
memerintahkan para wakil dewan peradilan, baik yang berasal dari kultur
setempat maupun dari wilayah-wilayah baru, dan dalam kaitannya dengan
sumber-sumber tulisan umum, mengajarkan tulisan-tulisan tersebut kepada
anak-anak di semua sekolah di seluruh dunia, sehingga dunia menjadi satu tanah
dan rumah”. Abdul baha adalah seorang penganjuruntuk menggunakan bahasa
esperanto sebagai bahasa universal.
Perbedaan antara kekayaan dan
kemiskinan harus di hilangkan.
Bahaallah datang dari kalangan keluarga kaya,
tetapi menghabiskan masa hidupnya, lebih banyak di penjara sehingga dia
benar-benar menyadari dan merasakan perbedaan tersebut.oleh karena itu, ia
meyakini bahwa perbedaan tersebut tidak sehatdan tidak normal danharus
dihilangkan. Sekalipun demikian, ia tidak memberikan rencana terperinci tentang
sebagaimana seharusnya mengubah kondisi demikian. Hanya saja, dia menganjurkan
kepada golongan kayadi seluruh dunia untuk bermurah hati dan menyumbangkan
sebagian hartanya kepada orang miskin. Dia pun menganjurkan kepada semua
pemerintahan di seluruh dunia untuk membuat peraturan atau undang-undang yang
menghalangi trjadinya jurang pemisah yang tajam antara yang miskin dan kaya.
Pendidikan Diwajibkan bagi Setiap Manusia
Bahá’u’lláh
memberi kewajiban kepada orang tua untuk mendidik anak-anak mereka, baik
perempuan maupun laki-laki. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kewajiban ini
karena keadaan ekonominya, masyarakat harus membantu mereka. Di samping
pelajaran keterampilan, keahlian, seni, dan ilmu pengetahuan, perlu
diperhatikan juga pendidikan akhlak dan moral anak-anak. Tanpa pendidikan,
seseorang tidak mungkin mencapai seluruh potensinya atau memberikan kontribusi
positif kepada masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan
haruslah universal dan wajib.
Memajukan Perkembangan Kaum Wanita
Harus tersedia
kesempatan yang sama bagi perkembangan wanita dan pria, terutama kesempatan
yang sama dalam memperoleh pendidikan. Wanita dan pria adalah bagaikan dua
belah sayap dari burung kemanusiaan. Perkembangan seluruh kemampuan dan potensi
masyarakat hanya dapat di wujudkan bila kedua sayapnya itu sama kuat.
Bahaulah
terus mendesak kaum
pria untuk menyadari dan memberikan rumus penuh dengan
kesempurnaan laten dalam diri[4]
Sembahyang Wajib, Puasa, dan Doa
Umat Bahá’í
seperti juga umat agama-agama lainnya, diwajibkan untuk bersembahyang yang
dilaksanakan secara individu, serta untuk berpuasa selama periode tertentu.
Selain sembahyang wajib, terdapat pula banyak doa dan Tulisan Suci lainnya yang
dianjurkan untuk dibaca dan dipelajari. Kewajiban-kewajiban kerohanian itu
membantu orang-orang Bahá’í untuk memenuhi tujuan hidup mereka, yaitu mengenal
dan menyembah Tuhan dan berkembang secara rohani
Pembentukan liga bangsa-bangsa
dunia peradilan yang memutuskan pertentangan
dan perselisihan antara bangsa-bangsa harus dilembagakan. Empat puluh tahun
sebelum terbentuknya bangsa bangsa Bahaullah telah mengusulkan dibentuknya
organisasi ini dari sel penjaranya di Acca namun ketika liga bangsa bangsa di
bentuk setelah perang dunia ke 1 Abdul baha menganggapnya terlalu lemah untuk
efektif.
Akhirnya semua puncak dari ajarah Baha’i adalah membangun perdamaian
yang permanen dan universal dan menjadi cita-cita utama seluruh umat manusia.
Berbeda dengan islam dan agama-agama barat lainya baha’i meyakini bahwa
neraka dan surga bukanlah tempat.akan tetapi kondisi dari jiwa yang tiada lain
adalah realitas manusia.sifatnya abadi dan terus sesuai dengan keinginan
tuhanmaka itulah surga.sebaliknya jika jiwa manusia adalah tuhan maka itulah
neraka.dengan demikian penggambaran surga pada agama lain hanya simbol bukan
yang sebenarnya.
Ketika Baha’i berbicara tentang persatuan umat yang dimaksud bukan
hanya kesatuan dalam hidup ini saja melainkan kehidupan dan mati
sekaligus.dengan demikian hidup dan mati itu saling berkaitan erat.Abdul Baha
meyakini bahwa pandangan ini dihubungkan dengan kekuatan istimewa para nabi dan
orang orang suci yang melihat ke dunia lain melambangkan adanya saling
keterkaitan.
Berdasarkan kepercayan Baha’i tentang kesatuan mutlak Tuhan maka dalam
segala hal tidak boleh ada kejahatan,jika Tuhan itu ada dan sama tidak ada
tokoh setan di alam semesta.sebagaimana kegelapan hanyalah tidak ada
cahaya.dengan demikian munculnya kejahatan hanyalah keadan yang baik menurut
abdul baha.
“Dalam Dunia tidak ada kejahatan semua adalah baik,sifat dan bakat
manusia tertentu yang nampaknya jelek pada kenyatan tidak demikian.
RUMAH – RUMAH IBADAH BAHÁ’Í
Rumah ibadah
Bahá’í dibangun dengan dana yang berasal dari sumbangan orang-orang Bahá’í dari
seluruh dunia. Rumah Ibadah ini dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
dikenal dengan nama *Mashriqu’l-Adhkár, yang secara harfiah berarti “tempat
terbit pujian kepada Tuhan.” Rumah ibadah Bahá’í terbuka bagi penganut dari
semua agama.
Rumah ibadah
tersebut merupakan tempat untuk berdoa dan bermeditasi bagi individu dan
masyarakat. Saat ini, rumah ibadah Bahá’í sudah ada di setiap benua di dunia:
di New Delhi, India; di Apia, Samoa Barat; di Kampala, Uganda; di Sidney,
Australia; di Panama City, Panama; di Wilmette, Illinois, Amerika Serikat; dan
di Frankfurt, Jerman. Di seluruh dunia, sudah disiapkan lebih dari 120 lokasi
tempat akan didirikannya rumah-rumah ibadah tersebut. Pada masa yang akan
datang setiap masyarakat Bahá’í setempat akan mempunyai rumah ibadahnya
sendiri.
Rumah
ibadah Bahá’í bebas untuk memiliki rancangannya sendiri, namun semua harus
mengikuti pola arsitektur yang bertemakan ketunggalan , yakni harus mempunyai
sembilan sisi dan sebuah kubah di tengahnya. Para pengunjung dapat memasuki
rumah ibadah dari sisi mana saja, namun mereka di satukan di bawah satu kubah.
Acara ibadah terdiri dari pembacaan Tulisan Suci Bahá’í dan Tulisan Suci
agama-agama lain, dan diperbolehkan pula adanya iringan musik tanpa instrumen
(akapela). Tidak ada khotbah, *ritus atau pendeta. Tiap tahun jutaan orang dari
semua agama di dunia mengunjungi rumah-rumah ibadah Bahá’í untuk berdoa dan
bermeditasi.
Bahá’u’lláh
bersabda bahwa rumah ibadah Bahá’í nanti akan berfungsi sebagai titik pusat
kehidupan rohani masyarakat. Di sekelilingnya akan terdapat lembaga-lembaga
yang antara lain bergerak dalam bidang ilmu pengetahuan, pendidikan,
sosial-kemanusiaan lainnya seperti rumah sakit dan rumah jompo, dan
administrasi masyarakat Bahá’í. Sehingga dengan demikian rumah ibadah Bahá’í
akan mewujudkan konsep perpaduan “ibadah dan pengabdian” sesuai dengan
ajaran Bahá’u’lláh.
TULISAN SUCI BAHÁ’Í
Salah satu
keunikan Wahyu Agama Bahá’í ialah masih tersimpannya dengan baik semua Tulisan-tulisan
Suci dalam bentuk asli yang disahkan oleh Bahá’u’lláh sendiri, sehingga tidak
ada keraguan atas keasliannya. Dalam Ayat-ayat Suci-Nya yang diwahyukan antara
tahun 1853-1892, Bahá’u’lláh mengulas berbagai hal, seperti keesaan Tuhan dan
fungsi Wahyu Ilahi; tujuan hidup; ciri dan sifat roh manusia; kehidupan sesudah
mati; hukum-hukum dan prinsip-prinsip Agama; ajaran-ajaran akhlak; perkembangan
kondisi dunia serta masa depan umat manusia. Selain dituntun oleh Tulisan Suci
Bahá’u’lláh, kehidupan masyarakat Bahá’í juga dibimbing melalui buku-buku dan
surat-surat yang ditulis oleh ‘Abdu’l-Bahá dan Shoghi Effendi. Buku-buku Bahá’í
kini dapat dibaca dalam lebih dari 800 bahasa.
Kesimpulan
Baha’i
menyatakan bahwa semua agama yang ada di dunia berasal dari satu sumber yaitu
satu kesatuan dasar dari semua kebenaran agama.begitu juga dengan para nabi
yang berasal dari satu Tuhan.semua agama harus menyesuaikan antara sains dan
pendidikan sehingga dapat memberikan satu tatanan perdamaian di dunia mengakui
persamaan antar bangsa dan adanya kesempatan yang sama antara kaum laki-laki
dan wanita.melalui berbagai pokok ajaran tersebut baha’i memperoleh banyak
pengikut di seluruh dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Ghazali Aceng muchtar,Ilmu Perbandingan Agama,Pustaka Setia Bandung
2000
Esslemont,Bahaullah and the new era,Bahai publishing Trust Book
Christie leo,konsep roh dalam agama
baha’i hal.10-15(skripsi) UIN Jakarta 2000
Hartz paula,word religion baha’i faith e-book
Tidak ada komentar:
Posting Komentar