Pada saat itu adalah jam makan siang dan Rajinder Kaur, 66 tahun,
sedang makan makanan vegetarian terdiri dari nasi berbumbu, kulit tahu
dan kacang-kacangan di aula makan di Gurdwara Tatt Khalsa Diwan. Santap
siang gratis dan setiap orang, tanpa mempedulikan agama, ras atau
tingkat sosial, disambut dengan baik. Sekitar 200 orang datang setiap
harinya. Pada hari perayaan, aula itu dapat menampung hingga 1.000
orang.
Namun Rajinder tidak datang demi makanan gratis.
Setelah kehilangan suaminya karena serangan jantung sembilan tahun
yang lalu, dia datang ke kuil Sikh terbesar di Asia Tenggara itu untuk
mencari kedamaian. Almarhum suami Rajinder dulu menjadi relawan di dapur
itu.
"Di masa di mana setiap orang berpikir untuk mencari uang, inilah
tempat satu-satunya di mana saya bisa merasa tenang dan tidak
terburu-buru," kata Rajinder.
Jeswant Singh Sran, ketua keamanan di lapangan pakir mobil gurdwara,
telah bekerja di sana selama sepuluh tahun. Dia menyumbangkan teh untuk
doa pagi antara pukul 5 dan 7 pagi, memastikan daerah itu bebas dari pecandu narkoba, dan menyambut para pendatang dengan kata-kata jenaka.
"Sayalah 'satu-satunya 'Singh di dunia ini', dibuktikan oleh nama
saya, Jeswant. Apa nama panggilan pria yang suka berendam di kolam
dingin yang dalam? Kuldeep," kata mantan perwira polisi itu.
Jeswant menyatakan ada tiga gurdwara lain yang terletak dalam radius
lima kilometer, termasuk satu di akademi polisi di Jalan Semarak, dan
satu lagi di pos polisi Jalan Bandar.
"Banyak kaum Sikh dari generasi pertama direkrut dalam angkatan
bersenjata. Kehadiran gurdwara ini menjaga mereka agar teguh memegang
kewajiban," kata Jeswant, yang bergabung dengan angkatan bersenjata saat
muda.
Berdiri seperti pengawal di perbatasan pasar Kampung Baru di Chow Kit,
gurdwara ini merupakan sinar dalam komunitas Sikh, baik lokal maupun
asing. Para pekerja asing yang bekerja di perusahaan setempat mencakup
30% jumlah jemaat. Mereka datang untuk menjadi relawan dan mendapat
kenyamanan dalam persahabatan bersaudara mereka.
Akar dari gurdwara dapat dilacak hingga tahun 1819, ke situs aslinya di mana Rumah Sakit Umum Kuala Lumpur sekarang ini berdiri.
Menurut Sujit Singh Gill, 80 tahun, bendahara gurdwara selama
sembilan tahun, pemerintah Inggris secara resmi mengalokasikan tempat
itu bagi komunitas Sikh di Jalan Raja Alang pada tahun 1922.
Dahulu melayani komunitas Sikh dari daerah Setapak dan Sentul pada
tahun 1920-an, jemaat yang sekarang ini membesar dan termasuk para
pengusaha yang bekerja di Jalan Tuanku Abdul Rahman pada tahun 1960-an.
Surat kabar Malaya Samachar, yang seluruhnya dicetak dalam bahasa
Punjabi tiga kali seminggu, dengan 500 eksemplar setiap edisinya,
bermarkas di kompleks ini.
Lima belas ruangan tersedia untuk menampung kaum miskin atau
pelancong kelas melati untuk sementara waktu, namun demikian komite
gurdwara berhati-hati memilih siapa yang mereka tampung demi alasan
keamanan.
Pembangunan dua bangunan kuil itu, yang berdiri di atas tanah seluas
1,5 akre di tengah-tengah daerah perdagangan yang prima, sepenuhnya
didanai oleh para anggota gurdwara.
"Para anggotalah yang telah memastikan keberadaan gurdwara sejauh
ini," kata Sujit, yang menambahkan mereka memiliki 600 anggota seumur
hidup yang menyumbang RM 100 ($33) ke dalam dana gurdwara setiap
tahunnya.
Akan tetapi, Sujit, sang bendahara, merasa kejayaan gurdwara telah menurun.
Sebuah sekolah agama memiliki 500 murid dan 20 guru pada tahun 1970-an tetapi harus tutup karena kekurangan murid. Lalu lintas kota
yang macet, mengubah perjalanan sepanjang lima menit menjadi dua jam
yang lambat, tidak memungkinkan para murid untuk datang ke sekolah tepat
waktu.
Gurdip Singh, asisten Sujit, berkata hal ini disebabkan perubahan
zaman. Namun demikian sementara keadaan sepi pada hari kerja, kompleks
ini ramai di akhir pekan. Pada hari Minggu, anak-anak datang untuk
menghadiri pelajaran agama dan kelas-kelas yoga serta musik.
"Penduduk masih datang kemari untuk berdoa di pagi dan malam hari.
Kami masih mengadakan perayaan. Hanya ada beberapa hari kosong dalam
jadwal bulanan kami dan kami masih melayani kebutuhan masyarakat seperti
upacara pernikahan dan misa arwah. Ini adalah pertanda baik," kata
Gurdip.