Rabu, 05 Juni 2013

VIDEO Agama-agama Minor



Video Boomerang Aborigin











Mesir Kuno " Mumi yang di Buka Kembali"











Peradaban Romawi Kuno












Pertanian Jaman Mesopotamia











Kepercayaan Agama Bahai











Kepercayaan Agama Jain










Upacara Agama Shinto














Video Pernikahan Kaum Sikh












Zoroaster

Selasa, 04 Juni 2013

Kuil siks di Malaisya


Pada saat itu adalah jam makan siang dan Rajinder Kaur, 66 tahun, sedang makan makanan vegetarian terdiri dari nasi berbumbu, kulit tahu dan kacang-kacangan di aula makan di Gurdwara Tatt Khalsa Diwan. Santap siang gratis dan setiap orang, tanpa mempedulikan agama, ras atau tingkat sosial, disambut dengan baik. Sekitar 200 orang datang setiap harinya. Pada hari perayaan, aula itu dapat menampung hingga 1.000 orang.
  • Seorang penganut Sikh berdoa di Gurdwara Tatt Khalsa Diwan di Jalan Raja Alang di Kuala Lumpur. Kegiatan tidak sibuk pada hari kerja tetapi pada hari Minggu khususnya, pelajaran musik dan yoga menjadikan tempat itu begitu hidup. [Photo oleh Grace Chen/Khabar] Seorang penganut Sikh berdoa di Gurdwara Tatt Khalsa Diwan di Jalan Raja Alang di Kuala Lumpur. Kegiatan tidak sibuk pada hari kerja tetapi pada hari Minggu khususnya, pelajaran musik dan yoga menjadikan tempat itu begitu hidup. [Photo oleh Grace Chen/Khabar]
  • Gurdwara Tatt Khalsa Diwan merupakan rumah ibadah terbesar bagi umat Sikh di Asia Tenggara. Gurdwara Tatt Khalsa Diwan merupakan rumah ibadah terbesar bagi umat Sikh di Asia Tenggara.
Namun Rajinder tidak datang demi makanan gratis.
Setelah kehilangan suaminya karena serangan jantung sembilan tahun yang lalu, dia datang ke kuil Sikh terbesar di Asia Tenggara itu untuk mencari kedamaian. Almarhum suami Rajinder dulu menjadi relawan di dapur itu.
"Di masa di mana setiap orang berpikir untuk mencari uang, inilah tempat satu-satunya di mana saya bisa merasa tenang dan tidak terburu-buru," kata Rajinder.
Jeswant Singh Sran, ketua keamanan di lapangan pakir mobil gurdwara, telah bekerja di sana selama sepuluh tahun. Dia menyumbangkan teh untuk doa pagi antara pukul 5 dan 7 pagi, memastikan daerah itu bebas dari pecandu narkoba, dan menyambut para pendatang dengan kata-kata jenaka.
"Sayalah 'satu-satunya 'Singh di dunia ini', dibuktikan oleh nama saya, Jeswant. Apa nama panggilan pria yang suka berendam di kolam dingin yang dalam? Kuldeep," kata mantan perwira polisi itu.
Jeswant menyatakan ada tiga gurdwara lain yang terletak dalam radius lima kilometer, termasuk satu di akademi polisi di Jalan Semarak, dan satu lagi di pos polisi Jalan Bandar.
"Banyak kaum Sikh dari generasi pertama direkrut dalam angkatan bersenjata. Kehadiran gurdwara ini menjaga mereka agar teguh memegang kewajiban," kata Jeswant, yang bergabung dengan angkatan bersenjata saat muda.
Berdiri seperti pengawal di perbatasan pasar Kampung Baru di Chow Kit, gurdwara ini merupakan sinar dalam komunitas Sikh, baik lokal maupun asing. Para pekerja asing yang bekerja di perusahaan setempat mencakup 30% jumlah jemaat. Mereka datang untuk menjadi relawan dan mendapat kenyamanan dalam persahabatan bersaudara mereka.
Akar dari gurdwara dapat dilacak hingga tahun 1819, ke situs aslinya di mana Rumah Sakit Umum Kuala Lumpur sekarang ini berdiri.
Menurut Sujit Singh Gill, 80 tahun, bendahara gurdwara selama sembilan tahun, pemerintah Inggris secara resmi mengalokasikan tempat itu bagi komunitas Sikh di Jalan Raja Alang pada tahun 1922.
Dahulu melayani komunitas Sikh dari daerah Setapak dan Sentul pada tahun 1920-an, jemaat yang sekarang ini membesar dan termasuk para pengusaha yang bekerja di Jalan Tuanku Abdul Rahman pada tahun 1960-an.
Surat kabar Malaya Samachar, yang seluruhnya dicetak dalam bahasa Punjabi tiga kali seminggu, dengan 500 eksemplar setiap edisinya, bermarkas di kompleks ini.
Lima belas ruangan tersedia untuk menampung kaum miskin atau pelancong kelas melati untuk sementara waktu, namun demikian komite gurdwara berhati-hati memilih siapa yang mereka tampung demi alasan keamanan.
Pembangunan dua bangunan kuil itu, yang berdiri di atas tanah seluas 1,5 akre di tengah-tengah daerah perdagangan yang prima, sepenuhnya didanai oleh para anggota gurdwara.
"Para anggotalah yang telah memastikan keberadaan gurdwara sejauh ini," kata Sujit, yang menambahkan mereka memiliki 600 anggota seumur hidup yang menyumbang RM 100 ($33) ke dalam dana gurdwara setiap tahunnya.
Akan tetapi, Sujit, sang bendahara, merasa kejayaan gurdwara telah menurun.
Sebuah sekolah agama memiliki 500 murid dan 20 guru pada tahun 1970-an tetapi harus tutup karena kekurangan murid. Lalu lintas kota yang macet, mengubah perjalanan sepanjang lima menit menjadi dua jam yang lambat, tidak memungkinkan para murid untuk datang ke sekolah tepat waktu.
Gurdip Singh, asisten Sujit, berkata hal ini disebabkan perubahan zaman. Namun demikian sementara keadaan sepi pada hari kerja, kompleks ini ramai di akhir pekan. Pada hari Minggu, anak-anak datang untuk menghadiri pelajaran agama dan kelas-kelas yoga serta musik.
"Penduduk masih datang kemari untuk berdoa di pagi dan malam hari. Kami masih mengadakan perayaan. Hanya ada beberapa hari kosong dalam jadwal bulanan kami dan kami masih melayani kebutuhan masyarakat seperti upacara pernikahan dan misa arwah. Ini adalah pertanda baik," kata Gurdip.

Senin, 03 Juni 2013

Mesir Kuno dan Peradabannya

Mesir Kuno dan Peradabannya



Mesir Kuno adalah suatu peradaban kuno di bagian timur laut Afrika. Peradaban ini terpusat di sepanjang hilir sungai Nil. Peradaban ini dimulai dengan unifikasi Mesir Hulu dan Hilir sekitar 3150 SM, dan selanjutnya berkembang selama kurang lebih tiga milenium. Sejarahnya mengalir melalui periode kerajaan-kerajaan yang stabil, masing-masing diantarai oleh periode ketidakstabilan yang dikenal sebagai Periode Menengah. Mesir Kuno mencapai puncak kejayaannya pada masa Kerajaan Baru. Selanjutnya, peradaban ini mulai mengalami kemunduran. Mesir ditaklukan oleh kekuatan-kekuatan asing pada periode akhir. Kekuasaan firaun secara resmi dianggap berakhir pada sekitar 31 SM, ketika Kekaisaran Romawi menaklukkan dan menjadikan wilayah Mesir Ptolemeus sebagai bagian dari provinsi Romawi. Meskipun ini bukanlah pendudukan asing pertama terhadap Mesir, periode kekuasaan Romawi menimbulkan suatu perubahan politik dan agama secara bertahap di lembah sungai Nil, yang secara efektif menandai berakhirnya perkembangan peradaban merdeka Mesir.

Peradaban Mesir Kuno didasari atas pengendalian keseimbangan yang baik antara sumber daya alam dan manusia, ditandai terutama oleh: irigasi teratur terhadap Lembah Nil; pendayagunaan mineral dari lembah dan wilayah gurun di sekitarnya; perkembangan sistem tulisan dan sastra; organisasi proyek kolektif; perdagangan dengan wilayah Afrika Timur dan Tengah serta Mediterania Timur; serta kegiatan militer yang menunjukkan kekuasaan terhadap kebudayaan negara/suku bangsa tetangga pada beberapa periode berbeda. Pengelolaan kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh penguasa sosial, politik, dan ekonomi, yang berada di bawah pengawasan sosok Firaun.

Pencapaian-pencapaian peradaban Mesir Kuno antara lain: teknik pembangunan monumen seperti piramida, kuil, dan obelisk; pengetahuan matematika; teknik pengobatan; sistem irigasi dan agrikultur; kapal pertama yang pernah diketahui; teknologi tembikar glasir bening dan kaca; seni dan arsitektur yang baru; sastra Mesir Kuno; dan traktat perdamaian pertama yang pernah diketahui. Mesir telah meninggalkan warisan yang abadi. Seni dan arsitekturnya banyak ditiru, dan barang-barang antik buatan peradaban ini dibawa hingga ke ujung dunia. Reruntuhan-reruntuhan monumentalnya menjadi inspirasi bagi pengelana dan penulis selama berabad-abad.




Pada akhir masa Paleolitik, iklim Afrika Utara menjadi semakin panas dan kering. Akibatnya, penduduk di wilayah tersebut terpaksa berpusat di sepanjang sungai Nil. Sebelumnya, semenjak manusia pemburu-pengumpul mulai tinggal di wilayah tersebut pada akhir Pleistosen Tengah (sekitar 120 ribu tahun lalu), sungai Nil telah menjadi urat nadi kehidupan Mesir. Dataran banjir Nil yang subur memberikan kesempatan bagi manusia untuk mengembangkan pertanian dan masyarakat yang terpusat dan mutakhir, yang menjadi landasan bagi sejarah peradaban manusia.

Periode Pradinasti

Pada masa pra dan awal dinasti, iklim Mesir lebih subur daripada saat ini. Sebagian wilayah Mesir ditutupi oleh sabana berhutan dan dilalui oleh ungulata yang merumput. Flora dan fauna lebih produktif dan sungai Nil menopang kehidupan unggas-unggas air. Perburuan merupakan salah satu mata pencaharian utama orang Mesir. Selain itu, pada periode ini, banyak hewan yang didomestikasi. Guci pada periode pradinasti.

Sekitar tahun 5500 SM, suku-suku kecil yang menetap di lembah sungai Nil telah berkembang menjadi peradaban yang menguasai pertanian dan peternakan. Peradaban mereka juga dapat dikenal melalui tembikar dan barang-barang pribadi, seperti sisir, gelang tangan, dan manik. Peradaban yang terbesar di antara peradaban-peradaban awal adalah Badari di Mesir Hulu, yang dikenal akan keramik, peralatan batu, dan penggunaan tembaga.

Di Mesir Utara, Badari diikuti oleh peradaban Amratia dan Gerzia, yang menunjukkan beberapa pengembangan teknologi. Bukti awal menunjukkan adanya hubungan antara Gerzia dengan Kanaan dan pantai Byblos. Sementara itu, di Mesir Selatan, peradaban Naqada, mirip dengan Badari, mulai memperluas kekuasaannya di sepanjang sungai Nil sekitar tahun 4000 SM. Sejak masa Naqada I, orang Mesir pra dinasti mengimpor obsidian dari Ethiopia, untuk membentuk pedang dan benda lain yang terbuat dari flake. Setelah sekitar 1000 tahun, peradaban Naqada berkembang dari masyarakat pertanian yang kecil menjadi peradaban yang kuat. Pemimpin mereka berkuasa penuh atas rakyat dan sumber daya alam lembah sungai Nil. Setelah mendirikan pusat kekuatan di Hierakonpolis, dan lalu di Abydos, penguasa-penguasa Naqada III memperluas kekuasaan mereka ke utara.

Budaya Naqada membuat berbagai macam barang-barang material - yang menunjukkan peningkatan kekuasaan dan kekayaan dari para penguasanya - seperti tembikar yang dicat, vas batu dekoratif yang berkualitas tinggi, pelat kosmetik, dan perhiasan yang terbuat dari emas, lapis, dan gading. Mereka juga mengembangkan glasir keramik yang dikenal dengan nama tembikar glasir bening. Pada fase akhir masa pra dinasti, peradaban Naqada mulai menggunakan simbol-simbol tulisan yang akan berkembang menjadi sistem hieroglif untuk menulis bahasa Mesir kuno.

Periode Dinasti Awal

Pendeta Mesir pada abad ke-3 SM, Manetho, mengelompokan garis keturunan firaun yang panjang dari Menes ke masanya menjadi 30 dinasti. Sistem ini masih digunakan hingga hari ini. Ia memilih untuk memulai sejarah resminya melalui raja yang bernama "Meni" (atau Menes dalam bahasa Yunani), yang dipercaya telah menyatukan kerajaan Mesir Hulu dan Hilir (sekitar 3200 SM). Transisi menuju negara kesatuan sejatinya berlangsung lebih bertahap, berbeda dengan apa yang ditulis oleh penulis-penulis Mesir Kuno, dan tidak ada catatan kontemporer mengenai Menes. Beberapa ahli kini meyakini bahwa figur "Menes" mungkin merupakan Narmer, yang digambarkan mengenakan tanda kebesaran kerajaan pada pelat Narmer yang merupakan simbol unifikasi.

Pada Periode Dinasti Awal, sekitar 3150 SM, firaun pertama memperkuat kekuasaan mereka terhadap Mesir hilir dengan mendirikan ibukota di Memphis. Dengan ini, firaun dapat mengawasi pekerja, pertanian, dan jalur perdagangan ke Levant yang penting dan menguntungkan.. Peningkatan kekuasaan dan kekayaan firaun pada periode dinasti awal dilambangkan melalui mastaba (makam) yang rumit dan struktur-struktur kultus kamar mayat di Abydos, yang digunakan untuk merayakan didewakannya firaun setelah kematiannya. Institusi kerajaan yang kuat dikembangkan oleh firaun untuk mengesahkan kekuasaan negara atas tanah, pekerja, dan sumber daya alam, yang penting bagi pertumbuhan peradaban Mesir kuno.

Kerajaan Lama

Kemajuan dalam bidang arsitektur, seni, dan teknologi dibuat pada masa Kerajaan Lama. Kemajuan ini didorong oleh meningkatnya produktivitas pertanian, yang dimungkinkan karena pemerintahan pusat dibina dengan baik. Di bawah pengarahan wazir, pejabat-pejabat negara mengumpulkan pajak, mengatur proyek irigasi untuk meningkatkan hasil panen, mengumpulkan petani untuk bekerja di proyek-proyek pembangunan, dan menetapkan sistem keadilan untuk menjaga keamanan. Dengan sumber daya surplus yang ada karena ekonomi yang produktif dan stabil, negara mampu membiayai pembangunan proyek-proyek kolosal dan menugaskan pembuatan karya-karya seni istimewa. Piramida yang dibangun oleh Djoser, Khufu, dan keturunan mereka, merupakan simbol peradaban Mesir Kuno yang paling diingat.

Seiring dengan meningkatnya kepentingan pemerintah pusat, muncul golongan juru tulis (sesh) dan pejabat berpendidikan, yang diberikan tanah oleh firaun sebagai bayaran atas jasa mereka. Firaun juga memberikan tanah kepada struktur-struktur kultus kamar mayat dan kuil-kuil lokal untuk memastikan bahwa institusi-institusi tersebut memiliki sumber daya yang cukup untuk memuja firaun setelah kematiannya. Pada akhir periode Kerajaan Lama, lima abad berlangsungnya praktik-praktik feudal pelan-pelan mengikis kekuatan ekonomi firaun. Firaun tak lagi mampu membiayai pemerintahan terpusat yang besar. Dengan berkurangnya kekuatan firaun, gubernur regional yang disebut nomark mulai menantang kekuatan firaun. Hal ini diperburuk dengan terjadinya kekeringan besar antara tahun 2200 hingga 2150 SM, sehingga Mesir Kuno memasuki periode kelaparan dan perselisihan selama 140 tahun yang dikenal sebagai Periode Menengah Pertama Mesir.

Periode Menengah Pertama Mesir


Setelah pemerintahan pusat Mesir runtuh pada akhir periode Kerajaan Lama, pemerintah tidak lagi mampu mendukung atau menstabilkan ekonomi negara. Gubernur-gubernur regional tidak dapat menggantungkan diri kepada firaun pada masa krisis. Kekurangan pangan dan sengketa politik meningkat menjadi kelaparan dan perang saudara berskala kecil. Meskipun berada pada masa yang sulit, pemimpin-pemimpin lokal, yang tidak berhutang upeti kepada firaun, menggunakan kebebasan baru mereka untuk mengembangkan budaya di provinsi-provinsi. Setelah menguasai sumber daya mereka sendiri, provinsi-provinsi menjadi lebih kaya. Fakta ini dibuktikan dengan adanya pemakaman yang lebih besar dan baik di antara kelas-kelas sosial lainnya. Dengan meningkatnya kreativitas, pengrajin-pengrajin provinsial menerapkan dan mengadaptasi motif-motif budaya yang sebelumnya dibatasi oleh Kerajaan Lama. Juru-juru tulis mengembangkan gaya yang melambangkan optimisme dan keaslian periode.

Bebas dari kesetiaan kepada firaun, pemimpin-pemimpin lokal mulai berebut kekuasaan. Pada 2160 SM, penguasa-penguasa di Herakleopolis menguasai Mesir Hilir, sementara keluarga Intef di Thebes mengambil alih Mesir Hulu. Dengan berkembangnya kekuatan Intef, serta perluasan kekuasaan mereka ke utara, maka pertempuran antara kedua dinasti sudah tak terhindarkan lagi. Sekitar tahun 2055 SM, tentara Thebes di bawah pimpinan Nebhepetre Mentuhotep II berhasil mengalahkan penguasa Herakleopolis, menyatukan kembali kedua negeri, dan memulai periode renaisans budaya dan ekonomi yang dikenal sebagai Kerajaan Pertengahan.

Kerajaan Pertengahan

Firaun Kerajaan Pertengahan berhasil mengembalikan kesejahteraan dan kestabilan negara, sehingga mendorong kebangkitan seni, sastra, dan proyek pembangunan monumen. Mentuhotep II dan sebelas dinasti penerusnya berkuasa dari Thebes, tetapi wazir Amenemhat I, sebelum memperoleh kekuasaan pada awal dinasti ke-12 (sekitar tahun 1985 SM), memindahkan ibukota ke Itjtawy di Oasis Faiyum. Dari Itjtawy, firaun dinasti ke-12 melakukan reklamasi tanah dan irigasi untuk meningkatkan hasil panen. Selain itu, tentara kerajaan berhasil merebut kembali wilayah yang kaya akan emas di Nubia, sementara pekerja-pekerja membangun struktur pertahanan di Delta Timur, yang disebut "tembok-tembok penguasa", sebagai perlindungan dari serangan asing.

Maka populasi, seni, dan agama negara mengalami perkembangan. Berbeda dengan pandangan elitis Kerajaan Lama terhadap dewa-dewa, Kerajaan Pertengahan mengalami peningkatan ungkapan kesalehan pribadi. Selain itu, muncul sesuatu yang dapat dikatakan sebagai demokratisasi setelah akhirat; setiap orang memiliki arwah dan dapat diterima oleh dewa-dewa di akhirat. Sastra Kerajaan Pertengahan menampilkan tema dan karakter yang canggih, yang ditulis menggunakan gaya percaya diri dan elok, sementara relief dan pahatan potret pada periode ini menampilkan ciri-ciri kepribadian yang lembut, yang mencapai tingkat baru dalam kesempurnaan teknis.

Penguasa terakhir Kerajaan Pertengahan, Amenemhat III, memperbolehkan pendatang dari Asia tinggal di wilayah delta untuk memenuhi kebutuhan pekerja, terutama untuk penambangan dan pembangunan. Penambangan dan pembangunan yang ambisius, ditambah dengan meluapnya sungai Nil, membebani ekonomi dan mempercepat kemunduran selama masa dinasti ke-13 dan ke-14. Semasa kemunduran, pendatang dari Asia mulai menguasai wilayah delta, yang selanjutnya mulai berkuasa di Mesir sebagai Hyksos.

Periode Menengah Kedua dan Hyksos

Sekitar tahun 1650 SM, seiring dengan melemahnya kekuatan firaun Kerajaan Pertengahan, imigran Asia yang tinggal di kota Avaris mengambil alih kekuasaan dan memaksa pemerintah pusat mundur ke Thebes. Di sanam firaun diperlakukan sebagai vasal dan diminta untuk membayar upeti. Hyksos ("penguasa asing") meniru gaya pemerintahan Mesir dan menggambarkan diri mereka sebagai firaun. Maka elemen Mesir menyatu dengan budaya Zaman Perunggu Pertengahan mereka.

Setelah mundur, raja Thebes melihat situasinya yang terperangkap antara Hyksos di utara dan sekutu Nubia Hyksos, Kerajaan Kush, di selatan. Setelah hampir 100 tahun mengalami masa stagnansi, pada tahun 1555 SM, Thebes telah mengumpulkan kekuatan yang cukup untuk melawan Hyksos dalam konflik selama 30 tahun. Firaun Seqenenre Tao II dan Kamose berhasil mengalahkan orang-orang Nubia. Pengganti Kamose, Ahmose I, berhasil mengusir Hyksos dari Mesir. Selanjutnya, pada periode Kerajaan Baru, kekuatan militer menjadi prioritas utama firaun agar dapat memperluas perbatasan Mesir dan menancapkan kekuasaan atas wilayah Timur Dekat.

Kerajaan Baru
Firaun-firaun Kerajaan Baru berhasil membawa kesejahteraan yang tak tertandingi sebelumnya. Perbatasan diamankan dan hubungan diplomatik dengan tetangga-tetangga diperkuat. Kampanye militer yang dikobarkan oleh Tuthmosis I dan cucunya Tuthmosis III memperluas pengaruh firaun ke Suriah dan Nubia, memperkuat kesetiaan, dan membuka jalur impor komoditas yang penting seperti perunggu dan kayu. Firaun-firaun Kerajaan juga memulai pembangunan besar untuk mengangkat dewa Amun, yang kultusnya berbasis di Karnak. Para firaun juga membangun monumen untuk memuliakan pencapaian mereka sendiri, baik nyata maupun imajiner. Firaun perempuan Hatshepsut menggunakan propaganda semacam itu untuk mengesahkan kekuasaannya. Masa kekuasaannya yang berhasil dibuktikan oleh ekspedisi perdagangan ke Punt, kuil kamar mayat yang elegan, pasangan obelisk kolosal, dan kapel di Karnak. Patung Ramses II di pintu masuk kuil Abu Simbel.

Sekitar tahun 1350 SM, stabilitas Kerajaan Baru terancam ketika Amenhotep IV naik tahta dan melakukan reformasi yang radikal dan kacau. Ia mengubah namanya menjadi Akhenaten. Akhenaten memuja dewa matahari Aten sebagai dewa tertinggi. Ia lalu menekan pemujaan dewa-dewa lain. Akhenaten juga memindahkan ibukota ke kota baru yang bernama Akhetaten (kini Amarna). Ia tidak memperdulikan masalah luar negeri dan terlalu asyik dengan gaya religius dan artistiknya yang baru. Setelah kematiannya, kultus Aten segera ditinggalkan, dan firaun-firaun selanjutnya, yaitu Tutankhamun, Ay, dan Horemheb, menghapus semua penyebutan mengenai bidaah Akhenaten.

Ramses II naik tahta pada tahun 1279 SM. Ia membangun lebih banyak kuil, mendirikan patung-patung dan obelisk, serta dikaruniai anak yang lebih banyak daripada firaun-firaun lain dalam sejarah. Sebagai seorang pemimpin militer yang berani, Ramses II memimpin tentaranya melawan bangsa Hittite dalam pertempuran Kadesh. Setelah bertempur hingga mencapai kebuntuan (stalemate), ia menyetujui traktat perdamaian pertama yang tercatat sekitar 1258 SM.

Kekayaan menjadikan Mesir sebagai target serangan, terutama oleh orang-orang Laut dan Libya. Tentara Mesir mampu mengusir serangan-serangan itu, namun Mesir akan kehilangan kekuasaan atas Suriah dan Palestina. Pengaruh dari ancaman luar diperburuk dengan masalah internal seperti korupsi, penjarahan makam, dan kerusuhan. Pendeta-pendeta agung di kuil Amun, Thebes, mengumpulkan tanah dan kekayaan yang besar, dan kekuatan mereka memecahkan negara pada masa Periode Menengah Ketiga.

Periode Menengah Ketiga

Setelah kematian firaun Ramses XI tahun 1078 SM, Smendes mengambil alih kekuasaan Mesir utara. Ia berkuasa dari kota Tanis. Sementara itu, wilayah selatan dikuasai oleh pendeta-pendeta agung Amun di Thebes, yang hanya mengakui nama Smendes saja. Pada masa ini, orang-orang Libya telah menetap di delta barat, dan kepala-kepala suku penetap tersebut mulai meningkatkan otonomi mereka. Pangeran-pangeran Libya mengambil alih delta di bawah pimpinan Shoshenq I pada tahun 945 SM. Mereka lalu mendirikan dinasti Bubastite yang akan berkuasa selama 200 tahun. Shoshenq juga mengambil alih Mesir selatan dengan menempatkan keluarganya dalam posisi kependetaan yang penting. Kekuasaan Libya mulai mengikis akibat munculnya dinasti saingan di Leontopolis, dan ancaman Kush di selatan. Sekitar tahun 727 SM, raja Kush, Piye, menyerbu ke arah utara. Ia berhasil menguasai Thebes dan delta.

Martabat Mesir terus menurun pada Periode Menengah Ketiga. Sekutu asingnya telah jatuh kedalam pengaruh Asiria, dan pada 700 SM, perang antara kedua negara sudah tak terhindarkan lagi. Antara tahun 671 hingga 667 SM, bangsa Asiria mulai menyerang Mesir. Masa kekuasaan raja Kush, Taharqa, dan penerusnya, Tanutamun, dipenuhi dengan konflik melawan Asiria.[51] Akhirnya, bangsa Asiria berhasil memukul mundur Kush kembali ke Nubia. Mereka juga menduduki Memphis dan menjarah kuil-kuil di Thebes.

Periode Akhir

Dengan tiadanya rencana pendudukan permanen, bangsa Asiria menyerahkan kekuasaan Mesir kepada vassal-vassal yang dikenal sebagai raja-raja Sais dari dinasti ke-26. Pada tahun 653 SM, raja Sais Psamtik I berhasil mengusir bangsa Asiria dengan bantuan tentara bayaran Yunani yang direkrut untuk membentuk angkatan laut pertama Mesir. Selanjutnya, pengaruh Yunani meluas dengan cepat. Kota Naukratis menjadi tempat tinggal orang-orang Yunani di delta.

Di bawah raja-raja Sais, Mesir mengalami kebangkitan singkat ekonomi dan budaya. Sayangnya, pada tahun 525 SM, bangsa Persia yang dipimpin oleh Cambyses II memulai penaklukan terhadap Mesir. Mereka berhasil menangkap firaun Psamtik III dalam pertempuran di Pelusium. Cambyses II lalu mengambil alih gelar firaun. Ia berkuasa dari kota Susa, dan menyerahkan Mesir kepada seorang satrapi. Pemberontakan-pemberontakan meletus pada abad ke-5 SM, tetapi tidak ada satupun yang berhasil mengusir bangsa Persia secara permanen.

Setelah dikuasai Persia, Mesir digabungkan dengan Siprus dan Fenisia dalam satrapi ke-6 Kekaisaran Persia Akhemeniyah. Periode pertama kekuasaan Persia atas Mesir, yang juga dikenal sebagai dinasti ke-27, berakhir pada tahun 402 SM. Dari 380–343 SM, dinasti ke-30 berkuasa sebagai dinasti asli terakhir Mesir. Restorasi singkat kekuasaan Persia, kadang-kadang dikenal sebagai dinasti ke-31, dimulai dari tahun 343 SM. Akan tetapi, pada 332 SM, penguasa Persia, Mazaces, menyerahkan Mesir kepada Alexander yang Agung tanpa perlawanan.

Dinasti Ptolemeus

Pada tahun 332 SM, Alexander yang Agung menaklukan Mesir dengan sedikit perlawanan dari bangsa Persia. Pemerintahan yang didirikan oleh penerus Alexander dibuat berdasarkan sistem Mesir, dengan ibukota di Iskandariyah. Kota tersebut menunjukkan kekuatan dan martabat kekuasaan Yunani, dan menjadi pusat pembelajaran dan budaya yang berpusat di Perpustakaan Iskandariyah. Mercusuar Iskandariyah membantu navigasi kapal-kapal yang berdagang di kota tersebut, terutama setelah penguasa dinasti Ptolemeus memberdayakan perdagangan dan usaha-usaha, seperti produksi papirus.

Budaya Yunani tidak menggantikan budaya asli Mesir. Penguasa dinasti Ptolemeus mendukung tradisi lokal untuk menjaga kesetiaan rakyat. Mereka membangun kuil-kuil baru dalam gaya Mesir, mendukung kultus tradisional, dan menggambarkan diri mereka sebagai firaun. Beberapa tradisi akhirnya bergabung. Dewa-dewa Yunani dan Mesir disinkretkan sebagai dewa gabungan (contoh: Serapis). Bentuk skulptur Yunani Kuno juga memengaruhi motif-motif tradisional Mesir. Meskipun telah terus berusaha memenuhi tuntutan warga, dinasti Ptolemeus tetap menghadapi berbagai tantangan, seperti pemberontakan, persaingan antar keluarga, dan massa di Iskandariyah yang terbentuk setelah kematian Ptolemeus IV. Lebih lagi, bangsa Romawi memerlukan gandum dari Mesir, dan mereka tertarik akan situasi politik di negeri Mesir. Pemberontakan yang terus berlanjut, politikus yang ambisius, serta musuh yang kuat di Suriah membuat kondisi menjadi tidak stabil, sehingga bangsa Romawi mengirim tentaranya untuk mengamankan Mesir sebagai bagian dari kekaisarannya.

Dominasi Romawi


Mesir menjadi provinsi Kekaisaran Romawi pada tahun 30 SM setelah Oktavianus berhasil mengalahkan Mark Antony dan Ratu Cleopatra VII dalam Pertempuran Actium. Romawi sangat memerlukan gandum dari Mesir, dan legiun Romawi, di bawah kekuasaan praefectus yang ditunjuk oleh kaisar, memadamkan pemberontakan, memungut pajak yang besar, serta mencegah serangan bandit.

Meskipun Romawi berlaku lebih kasar daripada Yunani, beberapa tradisi, seperti mumifikasi dan pemujaan dewa-dewa, tetap berlanjut. Seni potret mumi berkembang, dan beberapa kaisar Romawi menggambarkan diri mereka sebagai firaun (meskipun tidak sejauh penguasa-penguasa dinasti Ptolemeus). Pemerintahan lokal diurus dengan gaya Romawi dan tertutup dari gaya Mesir asli.

Pada pertengahan abad pertama, Kekristenan mulai mengakar di Iskandariyah. Agama tersebut dipandang sebagai kultus lain yang akan diterima. Akan tetapi, Kekristenan pada akhirnya dianggap sebagai agama yang ingin menggantikan paganisme dan mengancam tradisi agama lokal, sehingga muncul penyerangan terhadap orang-orang Kristen. Penyerangan terhadap orang Kristen memuncak pada masa pembersihan Diokletianus yang dimulai tahun 303. Akan tetapi, Kristen berhasil menang. Pada tahun 391, kaisar Kristen Theodosius memperkenalkan undang-undang yang melarang ritus-ritus pagan dan menutup kuil-kuil. Iskandariyah menjadi latar kerusuhan anti-pagan yang besar.Akibatnya, budaya pagan Mesir terus mengalami kejatuhan. Meskipun penduduk asli masih mampu menuturkan bahasa mereka, kemampuan untuk membaca hieroglif terus berkurang karena melemahnya peran pendeta kuil Mesir. Sementara itu, kuil-kuil dialihfungsikan menjadi gereja, atau ditinggalkan begitu saja.



Peninggalan

Budaya dan monumen Mesir kuno telah menjadi peninggalan sejarah yang abadi. Pemujaan terhadap dewi Isis, sebagai contoh, menjadi populer pada masa Kekaisaran Romawi. Orang Romawi juga mengimpor bahan bangunan dari Mesir untuk mendirikan struktur dengan gaya Mesir. Sejarawan seperti Herodotus, Strabo dan Diodorus Siculus mempelajari dan menulis tentang Mesir kuno yang kemudian dipandang sebagai tempat yang penuh misteri.Di Abad Pertengahan dan Renaissance, perkembangan budaya pagan Mesir mulai menurun seiring dengan berkembangnya agama Kristen dan Islam, namun ketertarikan terhadap budaya tersebut masih tersirat dalam karya-karya ilmuwan abad pertengahan, misalnya karya Dhul-Nun al-Misri dan al-Maqrizi.

Pada abad ke-17 dan 18, penjelajah dan turis Eropa membawa banyak barang antik dan menulis tentang kisah perjalanan mereka di Mesir, yang kemudian memancing terjadinya gelombang Egyptomania di Eropa. Ketertarikan tersebut mengakibatkan banyaknya kolektor Eropa yang membeli atau membawa barang-barang antik penting dari Mesir. Meskipun penjajahan kolonial Eropa terhadap mesir mengakibatkan hancurnya benda-benda bersejarah, kehadiran bangsa Eropa juga dampak positif terhadap peninggalan Mesir kuno. Napoleon, misalnya, melakukan pembelajaran pertama mengenai Egiptologi ketika ia membawa 150 ilmuwan dan seniman untuk mempelajari dan mendokumentasi sejarah alam Mesir, yang kemudian dipublikasi dalam Description de l'Ä–gypte Pada abad ke-20, pemerintah Mesir dan arkeolog mulai melakukan pengawasan terhadap kegiatan penggalian di Mesir dengan membentuk Supreme Council of Antiquities.

8 AMPHITEATER PENINGGALAN ROMAWI KUNO

8 AMPHITEATER PENINGGALAN ROMAWI KUNO (special edition for our History Teacher)

Romawi Kuno adalah sebuah peradaban yang tumbuh dari negara-kota Roma didirikan di Semenanjung Italia di sekitar abad ke-9 SM. Selama keberadaanya selama 12 abad, kebudayaan Romawi berubah dari sebuah monarki ke sebuah republik oligarki sampai ke kekaisaran yang luas. Dia datang untuk mendominasi Eropa Barat dan wilayah sekitar di sekitar Laut Tengah melalui penaklukan dan asimilasi. Namun beberapa faktor menyebabkan kemerosotannya. Sebelah barat kekaisaran, termasuk Hispania, Gaul, dan Italia, akhirnya pecah menjadi kerajaan merdeka pada abad ke-5; kekaisaran timur, diatur dari Konstantinopel, disebut sebagai Kekaisaran Romawi Timur setelah tahun 476, tanggal tradisional "kejatuhan Romawi" dan kelanjutannya Zaman Pertengahan.
Peradaban Romawi seringkali dikelompokan sebagai "klasik antik" bersama dengan Yunani kuno, sebuah peradaban yang menginspirasikan banyak budaya Romawi Kuno. Romawi Kuno menyumbangkan banyak kepada pengembangan hukum, perang, seni, literatur, arsitektur, dan bahasa dalam dunia Barat, dan sejarahnya terus memiliki pengaruh besar dalam dunia sekarang ini.
Dari segi arsitekturnya Romawi Kuno meninggalkan beberapa karya yang cukup mencengangkan. Karyanya antara lain adalah AMPHITEATER. Berikut ini 8 Amphiteater Peninggalan Romawi Kuno

1. AMPHITEATER UTHINA
Uthina (atau Oudna) adalah koloni Romawi di Tunisia. Kota ini berada di jalur utama untuk menuju Kartago dari sebelah selatan dan barat Tunisia. Amphiteater peninggalan Romawi yang ada di sini masih dalam proses penggalian dan renovasi. Amphiteater tersebut diperkirakan mampu menampung sekitar 16.000 pengunjung.


2. ARENA LEPTIS MAGNA

Leptis Magna didirikan oleh Fenisia pada abad ke-10 SM dan menjadi bagian dari kekaisaran Romawi setelah kekalahan Kartago pada 146 SM. Di bawah pemerintahan Romawi, kota ini makmur dan menjadi sebuah pos perdagangan utama. Leptis Magna ditinggalkan pada 523 AD setelah dijarah oleh suku Barbar dan tertimbun oleh padang pasir. Amphiteater Leptis Magna berkapasitas 16.000 penonton. Dan, tidak seperti kebanyakan amphitheatres Romawi, ia dibangun di bawah tanah.
3. ROMAN ARENA
Arena ini merupakan salah satu objek wisata paling populer di kota Arles. Itu dibangun sekitar abad ke-1 SM dan mampu diduduki oleh lebih dari 20.000 penonton pada tiga tingkatan. Dari tahun 1830 sampai hari ini arena telah digunakan sebagai tempat penyelenggaraan bullfights.
4. POMPEII SPECTACULA
Beberapa struktur bangunan terbaik yang ada di Pompeii adalah 2 teater dan amphiteater. Dibangun sekitar 70 SM, amphiteater tersebut merupakan adalah amphiteater Romawi tertua di dunia. Ampiteater itu disebut spectacular [istilah amphitheatru
m belum digunakan] dan bias menampung sekitar 20.000 penonton atau setara dengan jumlah keseluruhan penduduk Pompeii.

5. ARENA VERONA
Arena Verona adalah amphiteater terbesar ketiga di dunia. Cincin luarnya yang terbuat dari batu kapur putih dan merah
muda hampir sepenuhnya hancur saat gempa bumi melanda pada 1117, tapi bagian dalamnya masih utuh. Arena Verona yang dibangun pada 30 AD dapat menampung 30.000 penonton. Tempat ini digunakan sebagai ajang perkelahian gladiator selama zaman Romawi dan saat ini digunakan sebagai tempat sebuah pertunjukan spektakuler, opera Verona.

6. AMPHITEATER EL DJEM
El Djem dulunya adalah salah satu kota jajahan Romawi, Thysdrus. Thysdrus merupakan salah satu kota paling penting di Afrika Utara setelah Carthage. Amphiteater ini dibangun pada awal abad ke-3 Masehi dan mampu menampung 35.000 penonton. Struktur bagian dalamnya tetap baik hingga abad ke-17 ketika batu-batu arena tersebut digunakan untuk membangun desa sekitar atau diangkut ke Masjid Agung di Kairouan. Amphiteater ini pernah digunakan untuk syuting beberapa adegan film pemenang Oscar, Gladiator.
7. AMPHITEATER NIMES
Dibangun pada akhir abad ke-1 Masehi, amphitheatre Nimes memiliki kapasitas tempat duduk sebanyak 24.000 penonton. Amphitheatre Nimes juga merupakan salah satu amphitheater Romawi terbesar yang berada di Gaul (Perancis).
Selama abad pertengaha
n istana yang dibentengi dibangun di dalam amfiteater. Kemudian sebuah lingkungan kecil dikembangkan dalam batas-batasnya. Sekitar 700 penduduk dan dua kapel tinggal di sana. Pada 1863, arena direnovasi untuk menghelat adu banteng. Saat ini, arena ini masih digunakan sebagai ajang bullfights tahunan serta acara publik lain
nya.
8. COLOSSEUM
Colosseum adalah amphitheater terbesar dan paling terkenal di dunia Romawi. Pembangunannya dimulai oleh kaisar Vespasianus dari dinasti Flavian pada 72 AD dan diselesaikan oleh anaknya, Titus, pada tahun 80 Masehi. Selama upacara pembukaan Colosseum itu, pertunjukan diadakan selama 100 hari di mana 5.000 hewan dan 2.000 gladiator terbunuh. Colosseum mampu menampung 50.000 penonton yang bisa masuk ke gedung melalui 80 pintu masuk. Penonton terlindungi dari hujan dan panas matahar
i oleh layer yang disebut “velarium”, yang dipasang di atas loteng.
oh ya... buat kalian yang mungkin bosen baca ini... ini semua dah dipindah ke sebuah brosur lho...ni gambarnya...

Dewa Agama Shinto

Beberapa Dewa Agama Shinto Jepang

Disini kita akan membahas tentang 2 dewa yang cukup terkenal dalam mitologi shinto. sebelumnya telah ada bijuu yang juga salah satu mitologi terkenal di jepang, tentang perperangan 9 dewa. sekarang kita akan membahas tentang Raijin dan Fuujin.

1. Raijin


          Raijin adalah sebutan untuk dewa petir dalam agama shinto. dari kata rai yang berarti petir atau cahaya. dia memiliki wajah yang menyeramkan seperti iblis, karena memang sebelumnya dia adalah iblis. dia memiliki penampilan berotot dengan tangan membawa pemukul genderang (stick??) . dan di belakang punggungnya ada beberapa genderang/drum dengan lambang tomoe di punggungnya (tomoe itu lambang seperti pusaran mata pada klan uchiha).

         Kemampuannya yaitu dengan memukul drum tadi dia bisa memanggil petir dari langit. Raijin di sebutkan suka memakan pusar (ari ari) dari bayi atau anak anak yang masih kecil. karena itu saat terdengar petir bergemuruh para orang tua akan menyuruh anak mereka untuk menutupi pusar mereka.

ini salah satu lukisan dari raijin



2. Fuujin

          Fuujin atau dewa angin dalam agama shinto. dari kata fuu atau kaze yang berarti angin. dia adalah salah satu dewa tertua yang ada dalam ajaran shinto. yang memiliki penampilan mengerikan seperti iblis dengan kulit berwarna hitam. menggunakan kulit leopard sebagai pakaiannya, dan membawa kantung angin yang ia gendong sebagai senjata nya. hampir sama kayak nenek angin di sun go kong ya? haha..

Diceritakan bahwa Fujin muncul dalam pembuatan dunia dan Fujin yang pertama kali melepaskan angin dari "kantung angin"nya ke dunia dan menghapus embun pagi dan memenuhinya diantara surga dan bumi hingga matahari terbit..





dan lagi ternyata banyak anime yang mengusung cerita tentang dua dewa ini

seperti



                                             Cerita anime naruto sasuke sebagai raijin dan naruto fuujin


Sumber : http://fahrizal182.blogspot.com/2010/08/beberapa-dewa-agama-shinto-jepang.html#ixzz2V8NcGkhP

Minggu, 02 Juni 2013

Pohon Suci Agama Shinto




Di agama Shinto di Jepang, alam merupakan sesuatu yang disucikan. Untuk dapat berhubungan dengan alam artinya dapat berdekatan dengan Tuhan. Objek alam dipuja sebagai roh suci (disebut kami). Terutama pohon Sakaki atau memiliki bahasa latin Cleyera japonica ini.

Pohon sakaki adalah pohon rimbun dengan daun hijau yang ditemukan di dalam mitologi, literatur dan ritual sakral di Jepang.


Saat musim semi, pohon Sakaki mengeluarkan wewangian dengan bunga putih yang berguguran diikuti dengan munculnya buah berbentuk kecil merah tua. Pohon ini tumbuh di bagian bersuhu hangat di Jepang, Korea maupun Cina.


Kojiki (kitab kuno) adalah catatan yang sangat bernilai bagi agama Shinto dan diperkirakan berasal dari abad ke-8.


Berdasarkan tulisan dan referensi lain dari mitologi Jepang, pohon Sakaki memiliki peran yang signifikan di kisah penciptaan Jepang. Pada jaman dahulu hidup pasangan suci bernama Izanagi dan Isanami yang membuat pulau Jepang dan anak-anak mereka menjadi dewa-dewa di berbagai klan orang Jepang.


Anak perempuan mereka, Amaterasu (Dewi yang bersinar nan agung) lahir dari mata kiri sang ayah yang akhirnya menjadi Dewi Matahari. Dari dewi inilah para keluarga kekaisaran Jepang mengakui mereka berasal.


Saudara laki-lakinya Susanoo, dewa badai diberi tugas untuk memimpin lautan, namun sebelum pergi Susanoo menghancurkan sawah-sawah dan menyebabkan tempat tinggal Amaterasu porak poranda.


Karena merasa kesal dan marah, Amaterasu akhirnya pergi ke suatu goa dan menutup diri. Hal ini menyebabkan dunia menjadi gelap gulita.


Untuk memancing Amaterasu keluar dari persembunyiannya, para dewa akhirnya membawa pohon Sakaki bercabang 500 dari Gunung Kaga di surga untuk diletakkan di depan pintu goa yang ditinggali Amaterasu.


Di bagian atas cabang pohon Sakaki dipasang 500 permata, dibagian tengah diletakkan cermin dengan tinggi delapan kaki dan di bagian bawah pohon di letakkan berbagai persembahan.


Para dewa kemudian membuat kegaduhan dan bersenang-senang di luar goa. Amaterasu merasa penasaran mengapa para dewa masih bisa bersuka cita padahal dunia sedang gelap gulita.


Dari luar para dewa mengatakan bahwa di sana terdapat dewi yang lebih bersinar dari diri Amaterasu. Merasa sangat penasaran dengan pesaingnya Amaterasu pun keluar dan melihat pantulan dirinya dari cermin yang terpasang di pohon sakaki.


Sebelum menyadari dirinya dijebak, para dewa melempar shimenawa atau tali suci dari jerami sebelum pintu goa tertutup. Akhirnya dunia pun kembali terang dan kehidupan terus berlanjut.


Amaterasu dipuja di Kuil Besae Ise yang merupakan kuil utama di Jepang. Dewi ini dimanifestasikan dalam cermin yang merupakan salah satu dari tiga harta kekaisaran Jepang.


Sakaki sendiri di letakkan di shinno-mihashira atau tempat pusat suci yang bertempat di atas dan dikelilingi oleh bangunan kuil yang terbuat dari kayu. Biasanya pohon sakaki dipasangi cermin-cermin di kuil Shinto lainnya.


Pohon sakaki kerap kali dijadikan kiasan dalam berbagai literatur dan karya-karya seni di Jepang. Sakaki juga disebut dalam penggalan tulisan kuno keagamaan yang menyebutkan bahwa pohon ini mewakili kesetiaan dan kestabilan selain itu juga mengekspresikan keberadaan yang abadi dan kekuatan dewi di kuil tersebut.


Berbagai upacara keagaaman Shinto menggunakan pohon Sakaki dalam ritualnya. Dalam upacara pita suci yang disebut gohei, menggantung tali jerami suci atau ranting dari pohon suci sakaki digunakan untuk memanggil keberadaan roh suci.

http://sakura.tsugaru.com/izumo/image/gohei-b.jpg

Gohei juga dikenal dengan sebutan Oho-nusa atau persembahan suci dan tetap digunakan dalam berbagai upacara keagamaan penting di Jepang.

Oho-nusa memakai dua tongkat yang dikaitkan berdampingan dan disambung dengan jerami dan beberapa potongan kertas. Satu tongkat tersebut dibuat dari kayu pohon sakaki dan yang lainnya dari bambu.

Selain itu, simbol pemujaan di wilayah Izumo yang melibatkan daun sakaki diikatkan di atas spanduk-spanduk doa yang disebut nobori. Di kuil Izumo terdapat banyak nobori yang menghiasi wilayah kuil dengan warnanya yang putih.

Ritual Jasad Agama Zoroaster

 
Posted by de
7 months ago
 

Zoroastrianisme adalah sebuah agama dan ajaran filosofi yang didasari oleh ajaran Zarathustra yang dalam bahasa Yunani disebut Zoroaster. Zoroastrianisme dahulu kala adalah sebuah agama yang berasal dari daerah Persia Kuno atau kini dikenal dengan Iran. Di Iran, Zoroastrianisme dikenal dengan sebutan Mazdayasna yaitu kepercayaan yang menyembah kepada Ahura Mazda atau "Tuhan yang bijaksana". begitu cuplikan wikipedia
Saya yakin anda akan terperangah jika baru pertama kali melihat foto-foto ini, ratusan mayat di biarkan membusuk di dalam sebuah bangunan berbentuk lingkaran dan di biarkan di makan oleh burung pemakan bangkai. Dalam pemikiran anda sahabat anehdidunia.com mungkin akan muncul sebuah pertanyaan disisi dunia mana terdapat kengerian seperti itu? Betulkah itu semua adalah perilaku manusia?. Bagi kita ini adalah sebuah kejahatan yang luar biasa terhadap jasad-jasad manusia, namun ternyata ada agama yang menganggap ini adalah sebuah pemulyaan terhadap manusia yang sudah meninggal. Demikianlah keyakinan agama Zoroaster yang menganggap api adalah Tuhan mereka.
 

Memang begitulah, dengan kacamata budaya dan agama yang berbeda sering kita temukan hal-hal yang kontradiktif terhadap apa yang kita yakini. Kadang suatu hal di anggap mulia namun menurut kita justru hal tersebut adalah gila..!!!

Tempat pemulyaan mayat tersebut dinamakan “The Tower Of Silence” atau juga di sebut sebagai “Kuil Api”. 
Agama Zoroaster meyakini bahwa tubuh manusia adalah tidak suci sehingga menurut mereka jasad manusia tidak boleh mengotori bumi dan api, atas dasar alasan tersebut jasad manusia tidak boleh di kubur atau di kremasi. Oleh sebab itu sahabat anehdidunia.com orang yang telah meninggal jenazahnya akan di bawa ke kuil Towers of Silence agar di makan oleh burung pemakan bangkai, burung Nasar. Setelah daging telah dimakan habis oleh burung Nasar dan tinggal tersisa tulang maka tulang tersebut akan di buang ke tengah bangunan.